
![]() |
Istri dan Keponakan Jadi Korban Keributan, Oknum Wartawan Akan Polisikan Tim Voli Gunung Rintih |
DELI SERDANG | buser-investigasi.com
Turnamen bola voli semi open di Desa Beringin, Selasa sore (5/8/2025), berubah menjadi arena kericuhan akibat ulah tim Desa Gunung Rintih yang dinilai arogan dan tidak sportif. Laga panas melawan tim Desa Petumbukan berujung ricuh, hingga menyeret warga sipil sebagai korban, termasuk keluarga seorang oknum wartawan.
Kerusuhan pecah saat tim Gunung Rintih yang tertinggal skor tidak mampu menerima kekalahan. Alih-alih menjunjung sportivitas, mereka memancing keributan. Salah satu pemain bahkan nekat melakukan smash ke arah wasit, nyaris mencederai sang pengadil lapangan dan membuat suasana berubah mencekam.
Tak berhenti di situ, seorang pria bertompel di pipi—diduga anggota tim Gunung Rintih—secara terang-terangan melontarkan makian kepada wasit, menudingnya menerima suap dari tim lawan. Tuduhan serius tanpa bukti itu memperkeruh situasi.
Kericuhan semakin memuncak ketika seorang remaja yang disebut pendukung Gunung Rintih melempar botol air mineral ke wasit sebelum melarikan diri. Penonton yang geram mengejar pelaku, namun ia berhasil kabur setelah dilindungi oleh pemain dan sporter tim Gunung Rintih, yang seolah kompak melindungi pelanggar ketimbang menjaga kehormatan tim.
Akibat keributan itu, istri seorang wartawan lokal yang tengah berjualan gorengan terkena percikan air mineral. Sementara keponakan wartawan tersebut dipukul oleh pemain tim Gunung Rintih ketika berusaha melerai keributan. Ironisnya, pemukul itu disebut-sebut anak seorang pengusaha rumah makan BPK ternama.
Atas insiden tersebut, wartawan bersangkutan berencana melaporkan kejadian ke SPKT Polresta Deli Serdang. Hal ini dilakukan setelah mengetahui pihak tim Gunung Rintih lebih dulu membuat laporan di Polsek Talun Kenas, seolah ingin membalikkan fakta.
“Waktu kejadian, kami urungkan buat laporan karena panitia bilang akan dimediasi. Kita juga pikir ini olahraga, jangan sampai malu. Tapi rupanya mereka diam-diam buat LP, tuduh pemain mereka dianiaya. Sekarang giliran kita buat laporan,” ujar wartawan itu, Rabu (6/8/2025).
Ia menilai tindakan tim Gunung Rintih bukan hanya mencoreng sportivitas, tetapi juga merusak citra turnamen. “Mereka yang mulai ribut, wasit nyaris dipukul, penonton dilempar, istri dan keponakan saya kena imbas. Ini bukan olahraga, ini brutal,” tegasnya.
Ia mendesak aparat kepolisian bertindak tegas, bukan hanya menindak pemain lawan yang dilaporkan, tetapi juga mengusut provokator utama dan kekerasan terhadap warga sipil. Turnamen yang semestinya jadi ajang silaturahmi justru tercoreng akibat sikap arogan dan premanisme di lapangan.(*)