
![]() |
Tradisi Hidup, Budaya Menyatu' Gunungan Keraton Dibagikan hingga Pakualaman dan Kepatihan |
Yogyakarta | Buserinvestigasi.com
Dalam rangka Hari Raya Iduladha 1446 H (Je 1958), Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat menggelar prosesi Garebeg Besar pada Sabtu (7/6). Tradisi pembagian gunungan, simbol sedekah dan syukur raja,kali ini melibatkan langsung dua institusi adat dan birokrasi: Keraton dan Pemda DIY.
Dari pantauan awak media Pagi itu, satu gunungan hasil bumi dari tanah Mataram diarak oleh Utusan Dalem Keraton, diiringi empat gajah dan prajurit Dragunder–Plangkir, menuju Pura Pakualaman. Di pelataran pura, GKBRAA Paku Alam menerima ubarampe pertama. “Marilah kita bersama melestarikan budaya dan ngalap berkah,” tegas Gusti Putri usai prosesi.
![]() |
Tradisi Hidup, Budaya Menyatu' Gunungan Keraton Dibagikan hingga Pakualaman dan Kepatihan |
Untuk pertama kali, Sekda DIY Tri Saktiyana berperan sebagai Pepatih Dalem, menjemput 150 pareden ubarampe gunungan dari Bangsal Pancaniti. Dengan iringan Bregada Bugis, rombongan bergerak ke Masjid Gedhe Kauman untuk doa bersama, lalu ke Kompleks Kepatihan. “Dulu kita menunggu, kini kita jemput—birokrasi melayani secara aktif,” ujarnya.
Menurut Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dian Lakshmi Pratiwi, keterlibatan Sekda meniru peran Patih Danurejo di masa Sri Sultan HB VII. “Ke depan, seluruh kepala daerah diharapkan ikut menjemput gunungan, simbol hubungan erat raja dan pamong praja,” katanya.
![]() |
Tradisi Hidup, Budaya Menyatu' Gunungan Keraton Dibagikan hingga Pakualaman dan Kepatihan |
Warna baru tahun ini: Prajurit Putri Langenastra menari tayungan menuruni Sitihinggil dalam iring-iringan lampah macak, di belakang barisan Bregada Mantrijero. “Ini revitalisasi estetika dan spiritual tradisi,” ujar Ketua Pelaksana, KRT Kusumanegara.
![]() |
Tradisi Hidup, Budaya Menyatu' Gunungan Keraton Dibagikan hingga Pakualaman dan Kepatihan |
Gunungan juga dibagikan di Masjid Gedhe Kauman, Ndalem Mangkubumen, dan Alun-Alun Pakualaman. Rute kirab: Regol Brajanala → Sitihinggil Lor → Pagelaran → Masjid Gedhe, tanpa melintasi Alun-Alun Utara.
Garebeg Besar 2025 bukan sekadar prosesi adat, melainkan pilar revitalisasi budaya adiluhung. Dalam setiap ubarampe tersembunyi makna kebersamaan: doa raja, pelayanan pemerintah, dan penerimaan rakyat, wujud “Jogja Istimewa.” (Raja).